Tan Malaka dan D.N Aidit Awal Pertemuan Tan Malaka dan D.N Aidit
Tan Malaka dan D.N Aidit
Awal Pertemuan Tan Malaka dan D.N Aidit
Jakarta,klik-infopol.comSejarah awal pertemuan Tan Malaka dengan D.N. Aidit dimulai pada tahun 1942, ketika Tan Malaka kembali ke Indonesia setelah lama berada di luar negeri. Saat itu, Indonesia masih di bawah pendudukan Jepang.
Tan Malaka, yang saat itu berusia 50 tahun, mulai mengorganisir perlawanan terhadap penjajahan Jepang dan mencari dukungan dari berbagai kelompok politik, termasuk PKI.
D.N. Aidit, yang saat itu berusia 23 tahun, adalah seorang aktivis muda PKI yang baru saja dibebaskan dari penjara oleh Jepang. Aidit, yang memiliki nama asli Abdullah Aidit, adalah anak dari seorang petani di Sumatra Utara.
Pertemuan antara Tan Malaka dan D.N. Aidit terjadi pada tahun 1945 di Yogyakarta, ketika Tan Malaka sedang mengorganisir perlawanan terhadap Jepang. Aidit, yang saat itu sudah menjadi anggota PKI, diperintahkan oleh pimpinan partai untuk menemui Tan Malaka dan membicarakan kemungkinan kerja sama antara PKI dan Tan Malaka.
Pertemuan ini berlangsung di sebuah rumah di Yogyakarta, dan dihadiri oleh beberapa tokoh PKI lainnya, termasuk Musso dan Amir Sjarifuddin. Tan Malaka, yang saat itu sudah menjadi tokoh nasionalis kiri yang terkenal, membicarakan tentang pentingnya persatuan nasional dan perlawanan terhadap penjajahan.
Aidit, yang saat itu masih muda dan idealis, sangat terkesan dengan Tan Malaka dan ide-ide nasionalis kirinya. Namun, Aidit juga memiliki keraguan tentang Tan Malaka, yang dianggapnya terlalu nasionalis dan tidak cukup komunis.
Pertemuan ini menjadi awal dari hubungan yang kompleks antara Tan Malaka dan D.N. Aidit, yang kemudian berkembang menjadi perbedaan ideologi dan strategi politik yang signifikan.
Perbedaan Pemikiran Tan Malaka dan D.N Aidit
1. Nasionalisme vs. Internasionalisme: Tan Malaka lebih menekankan pentingnya nasionalisme dan kemandirian Indonesia, sedangkan D.N. Aidit lebih condong ke arah internasionalisme dan kerja sama dengan Uni Soviet.
2. Peran Partai: Tan Malaka percaya bahwa partai harus menjadi alat untuk mencapai kemerdekaan nasional, sedangkan D.N. Aidit melihat partai sebagai tujuan akhir dan mengutamakan kepentingan partai di atas kepentingan nasional.
3. Strategi Perjuangan: Tan Malaka percaya bahwa perjuangan harus dilakukan melalui jalur nasionalis dan demokratis, sedangkan D.N. Aidit lebih condong ke arah perjuangan bersenjata dan revolusi.
4. Hubungan dengan Uni Soviet: Tan Malaka memiliki hubungan yang kritis dengan Uni Soviet, sedangkan D.N. Aidit sangat bergantung pada Uni Soviet dan menganggapnya sebagai contoh bagi perjuangan komunis di Indonesia.
5. Kemandirian: Tan Malaka percaya bahwa Indonesia harus memiliki kemandirian dan tidak bergantung pada kekuatan luar, sedangkan D.N. Aidit lebih condong ke arah kerja sama dengan Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya.
Perbedaan pemikiran ini menyebabkan ketegangan antara Tan Malaka dan D.N. Aidit, dan akhirnya menyebabkan Tan Malaka dikeluarkan dari PKI pada tahun 1948.
—
Editor: Andry Bria
Redaksi: Klik-Infopol.com — Suara Rakyat, Fakta & Integritas
Sumber: Sejarah Dunia→






