Rantaun Malaysia Bangun Jembatan Mataros Dengan Dana Rp53,9 Juta — Pemda & DPRD Malaka Di Mana?

IMG-20251117-WA0148

Rantaun Malaysia Bangun Jembatan Mataros Dengan Dana Rp53,9 Juta — Pemda & DPRD Malaka Di Mana?

Malaka,WEMAMEA, klik-infopol.com — Sebuah kepedulian besar kembali datang dari para pekerja migran asal Kabupaten Malaka di Malaysia. Dengan dana mandiri sebesar Rp53.985.000, para perantau berhasil membangun Jembatan Mataros St. Ignasius, penghubung penting antara Kecamatan Weliman dan Malaka Tengah.

Jembatan ini menghubungkan Desa Forekmodok – Dusun Kabuka, Kecamatan Weliman, dengan Desa Naimana – Dusun Natraen, Kecamatan Malaka Tengah. Selama bertahun-tahun, akses ini menjadi keluhan masyarakat karena sulit dilalui, namun tidak pernah tersentuh perhatian serius dari pemerintah.

“Kami bangun karena rasa prihatin,” ungkap Remy Klau

Koordinator perantau Malaysia, Remy Klau, menyampaikan bahwa inspirasi membangun jembatan ini muncul dari kepedulian mendalam terhadap kampung halaman.

> “Waktu saya masih di kampung, saya lihat sendiri masyarakat susah lewat. Kami prihatin, terutama akses menuju gereja dan adik-adik yang sekolah biar lebih cepat. Tidak ada niat menjatuhkan kepala wilayah. Tapi sudah tiga kali pergantian kepala desa, yang ada hanya harapan palsu. Kami butuh Pemda Malaka dan DPRD buka hati dan lihat kondisi kami,” tegas Remy dengan nada prihatin.

 

Koordinasi Gereja dan Warga Lokal Menjadi Kunci

Proses pembangunan dilakukan melalui koordinasi langsung dengan Ketua Lingkungan St. Ignasius Wamamea, Gregorius Nahak, bersama jajaran gereja. Mereka yang mengatur pekerjaan, termasuk komunikasi dengan kepala wilayah setempat.

Sementara bahan material sepenuhnya ditangani melalui kerja sama dengan Toko Mentari Betun, dan dana dari Malaysia ditransfer langsung ke rekening toko untuk memastikan transparansi.

> “Yang di kampung juga ikut kumpul dana untuk konsumsi, rokok, dan kebutuhan gotong royong lainnya. Kita kerja sama dari jauh, masyarakat kerja dari dekat,” jelas Remy.

 

Kendala Adat & Proses “Sambut Baru” Bikin Pekerjaan Meleset Jadwal

Remy menjelaskan bahwa proses pembangunan sebenarnya direncanakan cepat, namun terhambat oleh berbagai urusan adat, termasuk prosesi sambut baru, sehingga waktu pengerjaan melambat.

Pengurus Utama di Rantauan

Pembangunan ini dikoordinasi oleh tiga tokoh perantau:

1. Martinus Nahak (Laen Oin) – Penanggung jawab tertua di rantauan

2. Martinus Bere (Kabuka) – Bendahara

3. Remy Klau (Lasaen) – Koordinator Malaysia–Malaka, penghubung dengan gereja dan toko material

 

Dana Rp53,9 Juta Hanya Untuk Material

Total dana Rp53.985.000 sepenuhnya digunakan untuk pembelian bahan bangunan.
Untuk konsumsi, rokok, dan pembagian kerja ditangani masyarakat setempat melalui swadaya.

Seruan Keras Untuk Pemerintah

Aksi ini menunjukkan bahwa masyarakat rela berkorban meski jauh dari tanah air, sementara pemerintah yang seharusnya hadir, justru absen.

Kisah ini menjadi alarm keras bagi Pemda Malaka, DPRD Malaka, dan pemerintah desa agar lebih peka, turun langsung melihat kondisi, dan tidak membiarkan masyarakat bertahun-tahun menunggu dengan harapan palsu.

Editor: Andry Bria
Redaksi: Klik-Infopol.com — Suara Rakyat, Fakta & Integritas