AMPG Malaka Pasang Badan atau Makan Puji?
AMPG Malaka Pasang Badan atau Makan Puji?
Malaka – klik-infopol.com —
Pernyataan keras Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Kabupaten Malaka, Inyo Molo, yang menanggapi aksi mahasiswa asal Malaka di Jakarta, kini memicu reaksi dari sejumlah aktivis lokal. Mereka menilai pernyataan itu justru menunjukkan sikap defensif dan terkesan melindungi kekuasaan, bukan menegakkan keadilan.
Aktivis Jober, menyebut bahwa sikap AMPG seharusnya tidak memperkeruh situasi hukum yang sedang berjalan. Menurutnya, pernyataan Inyo Molo tentang “pohon beringin besar” dan “rakyat ikut bergetar” justru bernada ancaman moral yang tidak mendidik.
> “Kalau AMPG benar cinta hukum, mestinya dorong Ketua DPRD Adrianus Bria Seran untuk taat pada proses hukum, bukan pasang badan seolah hukum bisa dinegosiasi. Kita bukan hidup di zaman feodal. Kalau salah, ya harus bertanggung jawab,” tegas Jober, Selasa (11/11/2025).
Jangan Balikkan Kritik Jadi Provokasi
Jober menilai, aksi mahasiswa di Jakarta bukan provokasi, tetapi bentuk kepedulian terhadap penegakan hukum yang dianggap berjalan lambat di daerah.
> “Mahasiswa itu suara moral. Mereka tidak menyerang partai, tapi mengingatkan agar hukum berjalan tanpa tebang pilih. Jangan dibelokkan jadi isu politik. Justru kalau Golkar ingin dihormati, buktikan bahwa kadernya tunduk pada hukum,” ujarnya.
Wesei Wehali: Adat yang Mengajarkan Keadilan, Bukan Kekuasaan
Menanggapi pernyataan Inyo yang menyinggung hukum adat Wesei Wehali, Jober mengingatkan bahwa nilai adat tidak boleh dijadikan tameng untuk menutupi dugaan pelanggaran hukum.
> “Wesei Wehali bicara tentang keseimbangan dan kebenaran, bukan pembenaran. Kalau pemimpin bersalah, maka adat pun menuntut kejujuran dan tanggung jawab, bukan pembelaan buta,” kata Jober menambahkan.
Diamnya Golkar: Hormat Hukum atau Strategi Politik?
Menurut Jober, pernyataan bahwa Golkar “diam karena bermartabat” patut dipertanyakan. Ia menilai diam bisa juga dimaknai sebagai strategi politik agar publik lupa pada kasus yang tengah disorot.
> “Kalau betul bermartabat, hadapi hukum secara terbuka. Jangan tunggu tekanan publik baru bicara. Rakyat sekarang sudah cerdas dan tahu mana pembelaan tulus dan mana pembelaan karena kepentingan,” pungkasnya.
—
Oleh: jober
Editor: Andry Bria
Redaksi: Klik-Infopol.com — Suara Rakyat, Fakta & Integritas






