MALAKA BERGETAR: ADIK KORBAN DATANG KE JAKARTA TUNTUT KEADILAN UNTUK KAKAKNYA

IMG-20251113-WA0055

MALAKA BERGETAR: ADIK KORBAN DATANG KE JAKARTA TUNTUT KEADILAN UNTUK KAKAKNYA

Jakarta, klik-infopol.com— Suara rakyat kecil dari perbatasan kini menggema hingga ke jantung kekuasaan. Marsel Seran, adik kandung dari korban penganiayaan Alfonsius Leki, menempuh ribuan kilometer dari Malaka, Nusa Tenggara Timur, menuju Mabes Polri dan DPP Partai Golkar di Jakarta. Tujuannya hanya satu — menuntut keadilan yang selama ini terkubur di balik jabatan dan kekuasaan.

Kasus ini menyeret nama Ketua DPRD Kabupaten Malaka, Adrianus Bria Seran, yang telah ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan oleh Polres Malaka. Namun hingga kini, hukum seolah berjalan di tempat.
Marsel tidak tinggal diam. Bersama Ikatan Mahasiswa Malaka (IMMALA) Jakarta, ia berdiri tegak di depan gerbang Mabes Polri, menyuarakan jeritan hati rakyat kecil.

> “Kami datang bukan untuk cari sensasi, tapi menuntut kebenaran. Hukum jangan tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Kami minta Kapolri turun tangan,”
— seru Marsel dengan suara bergetar namun penuh keberanian.

Gelombang protes kemudian berlanjut ke kantor DPP Partai Golkar, partai yang menaungi sang tersangka. Massa mendesak agar partai berlambang pohon beringin itu tidak menutup mata terhadap tindakan amoral kadernya.

> “Kami hormati Partai Golkar, tapi kami juga menunggu sikap moralnya. Apakah mereka berpihak pada kebenaran atau justru melindungi pelaku?”
— tegas Marsel di hadapan massa dan aparat keamanan.

Kasus penganiayaan yang terjadi pada Agustus lalu di Lapangan Misi, Besikama, bermula dari keributan saat acara pertandingan sepak bola. Namun yang paling melukai bukan hanya pukulan di tubuh korban, melainkan ketidakadilan yang dibiarkan berlarut-larut.

Kini, suara Marsel menjadi simbol perlawanan rakyat kecil dari tanah perbatasan.
Perjuangannya bukan sekadar untuk kakaknya, tetapi untuk setiap warga Malaka yang haus keadilan.

> “Saya hanya adik yang menuntut keadilan. Jangan biarkan jabatan membeli kebenaran,”
— ujar Marsel dengan mata berkaca.

Dari Besikama hingga Jakarta, suara itu menggema:
Keadilan tidak boleh dikubur oleh kekuasaan.
Malaka tidak boleh diam.
Dan hukum—harus berdiri untuk semua, bukan untuk segelintir orang.

Editor: Andry Bria
Redaksi: Klik-Infopol.com — Suara Rakyat, Fakta & Integritas